Harapan Kecil Untuk Kamu


SURPRISE STORY….
// cerita ini merupakan ungkapan hati untuk yang tersayang : Robi Dirgantara .
SELAMAT HARI ULANG TAHUN ke 23

Bukan hanya dalam hitungan hari,minggu bahkan bulan aku dan tara menjalin komitmen. Memang tak pernah ada paragraph serius yang mendeskripsikan hubungan ini, tapi aku merasa bahagia menjalani narasi bersamanya.
Makhluk hitam, kurus, berbadan tinggi. “wow.. sungguh manusia unik “ sang guardian angel yang selalu setia menemani hariku. Sarapan bersamanya sambil menikmati segelas teh tawar hagat tetap terasa manis jika aku meneguk sambil menatap wajahnya yang begitu manis. Berjalan dibawah teriknya matahari tetap terasa sejuk jika aku berada didekat tubuhnya yang selalu membuatku nyaman . bahkan saat aku berdiri ditengah kegelapan malam, semuanya tak terasa menakutkan karena ada tara yang selalu menjadi penerang jiwaku.
Namun kini semuanya berbeda, mejelang hari jadinya aku berkomitmen untuk tidak bertemu tara. Alasan yang konyol, dalam waktu yang hanya tersisa tiga hari ini aku belum mempersiapkan apapun untuk kejutan dihari bahagianya. Bahkan dalam otak sempit ini tak ada satupun yang terfikir untuk aku lakukan.
Banting kiri banting kanan, otak yang semakin panas dibalut keringat dingin memaksaku memikirkan sesuatu. Dan akhirnya ada ide, ku tulis saja semua kebingungan ini sebagai pengganti komunikasiku yang mulai terputus dengan tara. Awalnya aku bingung apa yang harus aku tulis, namun rasa rindu yang semakin tak terbendung ini menjadi keywords cemerlang.

Rindu untuk mu.
Tiga hari Menjelang hari ulang tahunmu yang ke 23 ini aku tak sempat lagi melihatmu. Hal yang tidak pernah direncacnakan tetapi wajib aku lakukan. tiga hari dalam kalender saja rasanya bagai sebulan dalam hitungan perasaan. Untung masih ada teknologi modern setia mengantar suaramu, bercanda ria dalam telpon berbumbu senyum, kembali mengingatkan aku pada wajah mu yang begitu mempesona, aku gambar wajah ceriamu dalam kanvas ingatanku. Ah, tapi belum semanis aslinya.
Selama ini aku terjebak dalam kerinduan emosional. Rindu yang membuat mabuk cinta. Dalam lamunanku selalu tergambar kau seorang yang selalu aku nanti. Sepenuhnya, aku sadar wajah mu tidaklah istimewa, tapi kau begitu manis dalam hatiku. Melihat kau tersenyum adalah kesempurnaan. Memang tak ada ada alasan untuk itu, ternyata memikat juga.
Perhatianmu yang tak pernah terbayang sebelumya ternyata begitu hangat, menyaingi kehangatan sang matahari untuk bumi. Bahkan bintang saja terlihat lebih redup dibandingkan aura pesona mu. Suaramu dalam telepon yang menjadi penutup makan malam ku pengantar tidur yang sangat membahagiakan. Bahkan kau lancang meyeruduk dalam mimpi. Menarikan bunga-bunga tidur dan berlompat-lompat kecil bersamamu. Aku terbaring dalam pelukmu mu dan kau membelai rambutku begitu tulus.indah sekali.
Rasanya aku malas untuk bangun, tersadar kembali pada kehidupan yang lebih nyata. Kau disana yang semakin jauh membuat aku gila kembali, gila kerinduan. Tapi rindu ini tidaklah berarti jika hanya aku yang merindukanmu. Bagai angka nol (0) berdiri sendiri yang tak memiliki arti apapun.
Satu minggu tanpa teleponmu adalah penderitaan. Aku tak tahu apakah aku menderita atau justru bahagia memiliki rasa rindu yang begitu dalam ini. Ingin aku buang saja telepon jelekku jika tak lagi mendengar suaramu.
Sungguh aku tak paham makna kerinduan ini, tapi tak apalah. Lebih baik aku tak memahaminya. Karena rasa rindu itu akan menjadi hal yang misterius. Yang akan kebih dahsyat menggetarkan degup jantung saat mengingatmu. Bukankah hal yang misterius itu lebih membuat panasaran? Dan aku tak ingin kehilangan rasa penasran itu. Penasaran yang mengantarkanku pada penantian. Karena aku akan terus menantimu.
Jahat sekali, kerinduan itu hingga tak dapat lagi dijinakkan. Dalam waktu kuliahpun aku selalu terbayang-bayang olehmu. Buku kalkulus saja yang begitu menghawatirkan otak-otak mahasiswa jika dibacanya justru menjadikan kenikmatan yang tak terkira.karena pada setiap halamannya tersirat senyummu yang manis. Sungguh rindu itu tak mengenal ruang dan waktu.
Aku selalu menanti waktu luang agar cepat menghubungimu, hingga bercucuran keringat yang begitu deras saat kerinduan ini sulit ditahan. Kerinduan ini bukan saja rindu untuk bertemu, tapi juga rindu untuk berbagi. Berbagi rasa dan cerita. Banyak sekali hal yang ingin aku ceritakan. Satu malam penuh pun mungkin tak cukup.
Sabtu malam dan minggu siang, menjadi moment yang selalu aku tunggu. Saat itulah kita bertemu, egoku dalam hati, rasanya hari-hari itu ingin kujadikan hari libur nasional. Tanggal merah yang membahagiakan. Ketika dua insan dipertemukan. Tak rela jika moment itu terlewatkan begitu saja. Selalu aku mengharapkanmu karena kau yang selalu aku cinta.
Saat bertemu dengan mu, kau tampak lebih mempesona dari gambar-gambar yang terus aku lukis dalam kanvas imajinasiku. Satu jam saja dengan mu rasanya bagai tiga detik. Sungguh detik-detik yang mempermainkan perasaan. Jika kau jauh, maka waktu terasa lebih lama. Jauh lebih singkat dan detik jam begitu cepat jika kita sedang bersama.
Kerinduan inilah yang mengajarkanku menjadi manusia yang penuh gombalisasi. Aku buta pada kecacatanmu. Sesuatu yang wajar Dalam dirimu menjadi objek pujianku. Sesuatu yang lebih darimu menjadi kesemuprnaan. Kau lebih baik dari segalanya. Jikalah ada kejelekanmu. Maka ia takan pernah terlihat. Kejelekan dalam dirimu, bagai jarum tertimbun jerami yang sulit dicarikan. Kalaulah ia tampak, maka secepatnya aku modifikasi agar kejelekan itu menjadi hal yang unik.
Terkadang gombal itu menjadi senjata menaklukanmu, walau itu terkesan berlebihan. Tapi aku tahu, kau pasti senang. Karena aku juga sering merasa senang saat kau berlebihan menilai kepribadianku. Kadang aku katakan “tak ada lagi yang aku butuhkan selain dirimu”. Padahal nyatanya, masih banyak yang aku inginkan di dunia ini. “kebahagianku adalah saat bersamamu”. Tidak begitu juga. Aku merasa senang saat melihat laki-laki tampan berjalan didekatku dengan aroma tubuhnya yang begitu wangi melepas senyumnya yang sangat menawan mampu mendebarkan jantungku bagaikan dikejar singa berkaki empat. Oia?? Lalu tanggapan “tai kotok bagai strawberry” ada juga yang bilang bagai rasa coklat. Sungguh itu lebih berlebihan dari gombalanku,bukan?
Berbagi cerita lewat telepon cukup menjadi pengobat rindu. Walau obat sebenarnya hanyalah jika aku bertemu dengan mu. Tapi terkadang ada saja kosa kata yang membuatmu salah arti, mungkin aku yang salah merangkai cerita atau kau yang terlalu cepat menanggapi sehingga timbul salah paham. Kau menutup telepon tanpa berpamitan dan akhirnya kau mematikan saluran teleponmu. Itu menjadi hal yang sangat mengerikan. Ketika kau marah, dan aku hanya bisa diam menunggu nomor teleponmu aktiv kembali. Menjadi waktu yang sangat membosankan. Aku takut kehilangan dirimu dan begitu takut jika ikatan ini terlepas.
Satu kalimat saja dengan nada tinggi melengking seolah membentaku, terasa sangat sakit. Bagai disambar petir. Dan inilah penyakit ku yang kadang kumat. Penyakit lebay. Aku sadar bahwa aku seorang perempuan yang memiliki hati yang peka, lembut, dan sensitive seperti para wanita pada umumnya. Normalnya aku hanya ingin dimengerti dan sepenuhnya dipahami. Itulah tekanan tanpa tuntutan yang sudah menjadi ego tersendiri.

Ada Kau Dihatiku
Tiba-tiba saja aku berfikir serius tentang kerinduan, pengabdian, pengorbanan, ketulusan, dan hadiah. Bukankah itu adalah ranting yang tumbuh karena cinta?
Terkadang aku merasa aneh, aku selalu merindukanmu, kerinduan yang menerpa begitu dahsyat. Sering sekali aku berfikir bagaimana cara membuatmu bahagia, bukan memikirkan bagaimana membahagiakan diri sendiri, itulah pengorbanaan yang benar-benar tulus sebagai hadiah terindah untukmu.
Sungguh aku sadar, pengabdian itu hanya untukmu. Karena hanya ada kau dihatiku.
Tak perlulah aku memikirkan sampai kapan kita akan bersama, kapan kau akan meninggalkan aku dan kapan kita berpisah. Aku ikhlas menjalani hubungan ini.
Setianya cinta sejati yang rela memberi tanpa harus menerima. Meski jauh dalam egoku untuk memiliki cinta sepenuhnya dan raga seutuhnya.
Aku begitu lancang mengingankan banyak hal dari dirimu, nyatanya aku belum bisa menjadi perindu sejati, siap mengabdi tanpa pamrih, dan bahagia atas pengabdiannya.
Dalam kerinduan itu aku masih menyisakan egoisme. Aku ingin kau begini, kau begitu. Aku ingin ini dan itu. Ternyata aku belum bisa mencintaimu dengan kedewasaan. Aku masih memiliki ego untuk memenuhi kepuasan diri.
Cintaku terbilang manja dengan kepribadian yang begitu cengeng. Bukan hanya rindu saja yang kadang menyiksa. Tentunya tuntutanku membuat batin tersiksa. Entah apalagi yang aku mau. Kadang aku tak suka dengan apa yang kau lakukan, aku menginginkanmu lebih dari itu.
Ketika kau tak sadar melakukannya, dan menjadi pengganjal dihatiku, aku tak seberani itu mengungkapkannya. Aku takut kau tersinggung dengan kata-kataku. Terluka dengan kritikan dan akhirnya membuat permasalahan yang baru. Itu artinya aku belum bisa merubahmu hanya menunggu kau tersadar sendiri dengan sikap diamku.
Seraya orang yang telah jatuh cinta. Cinta itu menutupi kecacatan orang yang dicintainya, dengan cinta itu aku merasa kau lebih baik dari kebanyakan orang.
Aku bersyukur atas anugrah keindahan itu. Beruntung sekali aku mendapatkanmu, memang tidak sempurna, tidak sepenuhnya sesuai keinginan. Karena keinginan itu selalu mencari cela aib orang.
Sekarang, aku menerimamu apa adanya. Bersyukur atas kelebihanmu dan menganggapnya sebagai anugerah. Hidupmu tak akan ku sia-siakan. Akan selalu kujaga dalam hati yang terdalam.
Karena cinta yang tulus adalah cinta yang mampu menerima apa adanya dan ketulusan itu akan memperkuat hubungan kita bertahan lama.
Terkadang cinta membuat seseorang menjadi filosofi. ah..begitu bahagianya memiliki cinta.

Aku Takut Kehilanganmu
Seutuhnya aku tak tahu dari mana awalnya perasaan ini bergejolak saat bersamamu. Terlebih aku tak tahu mengapa kau begitu setia menemani hari-hariku. Kebahagiaanku terasa lebih lengkap jika berbagi denganmu.
Kau pernah memikirkan siapa aku? Jika teringat itu dan menjadi kenyataan. Butuh waktu yang sangat lama untuk menceritakan siapa aku. Kau harus duduk disampingku dan aku mengatakannya perlahan dalam bisikan.
Bagaimana perasaanmu seandainya kau tahu siapa aku. Terkejut, terharu, bangga, atau mungkin kau akan kecewa. Biarlah waktu yang menguraikan teka-teki itu. Kau bisa mengenaliku jika kau tetap bersama disini.
Dan jika akhirnya kau meninggalkan aku karena itu, maka aku akan menerimanya lapang dada. Mungkin itulah respons terbaik yang kau lakukan. Kalaulah kau tetap menemani, syukur yang tak terbatas akan kusampaikan kehadirat Tuhan yang maha Penyayang, maha Pengasih, dan maha Bijaksana.
Aku takut kehilanganmu. Lepas darimu adalah lepas dari segalanya. Kehilangan impian, kehilangan kebahagiaan, mungkin juga kisahku akan berakhir disini.
Perlu kau tahu, aku tak akan pernah memujamu jika kau tak membuat aku bahagia. Aku tak akan setakut ini kehilanganmu jika kau tak pernah menyayangiku.
Manusia tanpa cacat hanyalah sebatas khayalan, mustahil jika manusia sempurna seutuhnya karena manusia memiliki nafsu. Seandainya ada yang kurang dariku dan merupakan suatu kekurangan, aku ingin kau menganggapnya sebagai kewajaran manusia sejati. Mungkin tak banyak yang bisa aku lakukan.
Memperbaiki kesalahan adalah sebuah usaha, karena tak semudah itu menghapus kesalahan dalam kehidupan. Tak seperti saat kita mengetik tulisan dalam computer yang bisa kita delete, dan kita gantikan dengan kata-kata baru tanpa terlihat jejak kesalahan sebelumnya.
Saat langkah terhenti dan otak tak menemukan jalan, hanya tersisa kata maaf. Jurus ampuh yang prosentasenya tak bisa di tebak . mungikn bisa memperbaiki keadaan, mungkin juga masih menyisakan kekecewaan berbaur luka. Wallahu alam, hanya kau dan Allah yang tahu apa yang ada dalam fikiranmu.
Selebihnya aku, menghaturkan janji dan tak akan mengulanginya. Memang bukan sebuah jaminan akan kesempurnaan. Bukan khilaf yang diniati sebelumnya. Tapi itulah batas kelemahan manusia.
Semoga kau dapat memahami cinta yang telah kupersembahkan ini.

Aku Berharap Banyak Pada_Mu
Tuhan jikalah do’aku tak kau dengar lagi.. aku rela melakukan apapun agar kau mengabulkan harapan ini. Bukan do’a tentang ku tapi tentang dia yang selalu menjadi cintaku. Aku ingin kau menjadikan dia seorang yang takwa pada Mu dan pada Agamanya. Menjadi seorang amir yang bijaksana yang mampu memimpinku menjadi hamba yang mencintaimu sampai nafas terakhir. Aku ingin kau lindungi dia dalam setiap langkahnya agar dia menjadi penuntunku yang sidiq. . amin..

“Happy Birthday my lovely Robi Dirgantara, semoga harimu menyenangkan”
Wish you all the best and God always bless you
Amin


Bandung, November 2010
With Love
----Nifa Syarrifah Faqihatul Islami---